Rabu, 15 Februari 2012

PERANG PADRI (NABILA)

Perang Padri, Perang Diponegoro, Tanam paksa)

  • 1821
    • Para bangsawan Minangkabau yang tersisa menandatangani perjanjian yang menyerahkan Minangkabau kepada Belanda sebagai pembayaran untuk perlindungan terhadap kaum Paderi.
    • "Perang Padri" meletus, hingga 1837.
    • Kolera muncul pertama kali di Jawa; panen padi gagal.
    • Britania menguasai Palembang. Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarganya ditangkap dan diasingkan ke Ternate.
    • Prabu Anom menjadi Sultan Palembang dengan gelar Ahmad Najamuddin IV.
  • 1822
    • Hamengkubuwono IV meninggal, sementara menyebar desas-desus bahwa ia telah diracuni. Hamengkubuwono V adalah Sultan yang baru. Diponegoro kecewa karena penanganan situasinya oleh para pejabat Belanda.
    • Gunung Merapi meletus dekat Yogyakarta.
  • 1823
    • Pasukan-pasukan Belanda dikalahkan oleh kaum Padri di Lintau.
    • Gubernur Jenderal van der Capellen menghapuskan penyewaan tanah di Jawa Tengah. Dia memerintahkan sewa-menyewa tanah dihapuskan dan mengembalikan uang muka yang telah dibayarkan penyewa Tionghoa dan Eropa kepada pemilik tanah untuk dikembalikan. Hal ini menjadikan bengsawan kehilangan sumber pendapatannya sementara uang muka yang telah diterima sudah habis digunakan.
    • Pakubuwono VI naik takhta di Solo.
    • Kramo Jayo menjadi Sultan Palembang.
    • Raffles, dalam kondisi kesehatan yang buruk, kembali ke Inggris.
  • 1824
    • 17 Maret, Britania dan Belanda menandatangani Perjanjian London dan membagi Hindia Belanda di antara mereka sendiri. Belanda mengklaim Sumatra, Jawa, Maluku, Irian Jaya, dan lain-lain. Britania mengklaim Malaya dan Singapura, dan mempertahankan kepentingannya di Borneo Utara. Aceh diharapkan akan tetap independen.
    • Bone merebut wilayah-wilayah Belanda di Sulawesi selatan.
    • Hindia Belanda menghadapi krisis keuangan - Gubernur Jenderal van der Capellen menawarkan koloni ini kepada sebuah perusahaan swasta Britania, Palmer and Co., sebagai ganti pinjaman untuk menebus pemerintahan kolonial. (Pemerintah Belanda yang merasa dipermalukan oleh kejadian-kejadian ini, memberikan pinjaman besar kepada Hindia Belanda pada 1826 dan 1828.)
    • Belanda membentuk pemerintahan langsung di Riau.
  • 1825
    • 29 Maret, Nederlandsche Handel Maatschappij (Perusahaan Dagang Belanda) dibentuk. Komoditi-komoditi ekspor seperti kopi, gula, nila yang dihasilkan masyarakat dikapalkan ke Eropa oleh perusahaan ini.
    • Belanda mengalahkan Bone sebelum Perang Diponegoro; pertempuran sporadik berlanjut selama bertahun-tahun.
    • para pejuang Padri merebut daerah Tapanuli selatan. Raja Sisingamangaraja X dari Batak terbunuh dalam peperangan melawan kaum Padri.
    • Belanda menuntut para calon haji yang ingin naik haji untuk memperoleh paspor dan membajar pajak seharga 110 gulden.
    • Mei, Diponegoro dan para penguasa istana bentrok karena pertikaian menyangkut jalan yang baru yang akan dibangun di dekat Tegalreja yang melewati makam dan tanah leluhur.
    • Juli, Belanda mengirim pasukan-pasukannya untuk menangkap Diponegoro, yang mengumumkan pemberontakan. Tegalreja direbut dan dibakar, Diponegoro berhasil melarikan diri. Inilah awal dari "Perang Diponegoro", yang berlangsung hingga 1830. Perjuangan Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.
    • Adam al-Wasi' Billah menjadi Sultan Banjar.
    • Garis suksesi di Palembang berakhir. Belanda membentuk pemerintahan langsung.
    • Belanda mengeluarkan perintah untuk menangkap Raden Intan di Lampung. Raden Intan meninggal dan digantikan oleh Raden Imba Kusuma.
  • 1826
    • Perang gerilya merebak di seluruh Jawa Tengah dan Timur.
    • Belanda mulai mengorganisasi pasukan-pasukan khusus untuk berperang di Hindia Belanda.
    • Van der Capellen digantikan oleh Du Bus sebagai Gubernur Jenderal.
    • Agustus Belanda membebaskan Hamengkubuwono II dari pembuangan di Ambon, dan mengangkatnya kembali sebagai Sultan Yogyakarta.
    • Oktober, Diponegoro dikalahkan di Gowok, dekat Surakarta. Pasukan-pasukannya dipukul balik.
  • 1827
    • Belanda menata ulang pasukan-pasukannya dalam Perang Diponegoro, mengganti dengan taktik-taktik yang lebih fleksibel, mengadakan serangan-serangan terhadap para pasukan gerilya.
  • 1828
    • April, orang-orang Jawa berhasil menghadapi Belanda.
    • Madura menjadi satu keresidenan dengan Surabaya.
    • Wabah cacar di Bali.
    • Fort Du Bus didirikan Belanda di Papua.
    • November Kyai Maja, penasihat rohani Diponegoro, ditangkap Belanda setelah pertempuran berlangsung.
  • 1829
    • September Pangeran Mangkubumi (paman dari Diponegoro) menyerah. Ia diizinkan kembali ke istananya.
    • Oktober, Panglima Sentot Alibasyah menyerah. Belanda mengangkatnya menjadi Letnan kolonel.
Mataram setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830.
    • Maret, Diponegoro setuju mengadakan perundingan Magelang, ditangkap dan dibuang ke Manado, lalu ke Makassar (hingga meninggal tahun 1855).
    • Pakubuwono VI, dicurigai oleh Belanda, dibuang ke Ambon (hingga 1849). Pakubuwono VII menjadi Susuhunan Solo.
    • Johannes van den Bosch tiba sebagai Gubernur Jenderal yang baru, mulai menerapkan cultuur stelsel atau "tanam paksa". Setiap desa harus menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor khususnya kopi, tebu, nila. Hasil tanaman ini akan dijual kepada pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan (20%) dan hasil panen diserahkan kepada pemerintah kolonial.
    • Tanam paksa tumbuhan indigo (nila) diperkenalkan di Priangan.
    • Kapal uap pertama tiba di Hindia Belanda.
    • Nederlands Zendelinggenootschap (NZG - Perhimpunan Zending Belanda) mulai menawarkan pendidikan kepada anak-anak pribumi.
    • 4 Desember Van den Bosch secara resmi mengorganisasi pasukan Belanda dari Perang Jawa menjadi Oost-Indische Leger, atau "Tentara Hindia Timur" (belakangan dikenal sebagai KNIL).
  • 1831
    • Pemerintah Hindia Belanda berhasil membuat anggaran berimbang.
    • Pasukan-pasukan Belanda memerangi kaum Padri di Sumatra dan mencapai wilayah Bonjol.
  • 1832
    • Belanda menggulingkan Sultan Jailolo dan menguasai Halmahera.
    • Kapal-kapal AS menembaki desa-desa pantai di Aceh dalam upaya mengatasi perompakan.
  • 1833
    • Januari, desa-desa Minangkabau di sekitar Bonjol bangkit dalam pemberontakan rakyat; pasukan-pasukan Belanda di daerah itu dibantai. Perang Padri memanas; Belanda menyegel daerah pantai. Sentot berperang di pihak Belanda, namun kemungkinan di dalam hatinya ia tidak memihak Belanda. Belanda menempatkan Sentot di bawah pengawasan di Bengkulu (hingga 1855).
    • Sultan Jambi meminta bantuan Belanda untuk melawan Palembang.
  • 1834
    • Belanda memaksa Sultan Muhammad Fahruddin dari Jambi mengakui kekuasaan Belanda.
    • Pemerintah Portugis mengusir para pastor Dominikan dari Timor Timur.
  • 1836
    • Belanda mengabaikan Fort Du Bus di Papua.
  • 1837
    • Bonjol di Minangkabau akhirnya jatuh ke tangan Belanda dalam Perang Padri. Tuanku Imam Bonjol menyerah dan dikirim ke pembuangan.
  • 1838
    • Kemenangan Belanda di Daludalu mengakhiri Perang Padri di Minangkabau. Pemerintahan langsung Belanda atas Minangkabau diterapkan (hukum adat dan para bangsawan tampaknya pro-Belanda, para pemimpin Islam anti-Belanda).
    • Ekspedisi Belanda melawan Flores.
    • Bone memperbarui Perjanjian Bungaya; peperangan melawan Belanda mereda.
    • Belanda meresmikan kehadirannya di Nias.
    • Sulaiman mewarisi takhta Aceh, tetapi Tuanku Ibrahim memerintah sebagai wali, dan berkuasa di Aceh hingga 1870.
    • Kerajaan Mataram di Lombok menguasai seluruh pulau, ditambah Karangasem di Bali.
  • 1839
    • Pedagang Denmark, Mads Lange, membuka sebuah pos perdagangan di Kuta, Bali.
  • 1840
    • Cultuur Stelsel sudah menghadapi berbagai masalah. Tanda-tanda penderitaan dikalangan orang pribumi Jawa dan Sunda mulai tampak. Khususnya didaerah penanaman tebu. Pabrik-pabrik gula bersaing dengan pertanian padi untuk jatah air. Tibul paceklik dan harga beras menjadi sangat mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar